Pages

Saturday, July 23, 2016

[ 2016 | #43 ] : "SCHOOL OF FEAR"

Books “SEKOLAH KENGERIAN”
by Gitty Daneshvari
Text copyright © 2009 by Cat on a Leash, Inc.
Penerbit Matahati
Alih Bahasa : Maria M. Lubis
Editor : Nadya Andwiani
Proofreader : Nani
Layout : MAB
Ilustrator : Yulianto Qin (www.yuliantoqin.com)
Desain Sampul : Dwi Siti Aisyah
Cetakan I : Maret 2011 ; 348 hlm ; ISBN 978-602-8590-27-4
Harga Normal : Rp. 55.000,-

~ SEMUA ORANG TAKUT TERHADAP SESUATU ~

Pernah mendengar sesuatu yang disebut sebagai ‘fobia’ ? Suatu kondisi khusus yang dialami sebagian besar manusia, yang mengalami rasa takut berlebihan terhadap hal-hal tertentu. Pada dasarnya, setiap manusia dipastikan memiliki ‘ketakutan’ tersendiri, namun pada mereka yang menderita ‘fobia’ – hal tersebut tidak lenyap begitu saja seiring pertambahan usia atau perjalanan waktu, bahkan ada yang menghabiskan hidupnya untuk berjuang melawan ‘phobia’ melalui terapi secara rutin, dan beberapa tidak mampu ‘pulih’ atau disebut ‘sembuh’ dari kondisi tersebut sepanjang hidupnya.


Ini adalah kisah tentang 4 orang anak yang mengalami ‘fobia’ akut sepanjang hidup mereka. Di London, Madeleine Masterson, gadis berusia 12 tahun ini bisa saja menjalani kehidupan normal, memiliki paras menarik, ramah, baik hati dan otak cemerlang, serta kedua orangtua yang sangat menyayanginya. Namun kasus ‘fhobia’ yang membuatnya senantiasa dihantui oleh serangan serangga, laba-laba, dan kumbang, merubah dirinya menjadi sosok aneh dengan cadar menutupi kepala dan wajah serta kaleng aerosol yang selalu siap disemprotkan dimana pun ia berada, untuk menjauhkan segala jenis serangga, dan makhluk-makhluk menakutkan lainnya.

Sedangkan Theodore Bartholomew – bungsu dari 7 bersaudara, telah membuat ‘gila’ keluarganya akibat rasa cemas dan takut akan kematian yang mendadak menjemput keluarganya sewaktu-waktu. Bocah berusia 12 tahun yang tinggal di Manhattan ini, bahkan membuat keributan besar saat melaporkan ‘kehilangan’ kedua orangtuanya, hanya karena ia tak bisa (selalu) menghubungi mereka melalui telepon saat mereka sedang berlibur. Sekitar 288 km dari Manhattan, dimana Lucy ‘Lulu’ Punchalower bersama keluarganya tinggal, sifat Lulu yang keras kepala dengan ‘fobia’ terhadap ruang-ruang sempit tertutup, akhirnya memuncak saat kepala sekolah menjatuhkan ultimatum ‘ketidak-patuhan’ Lulu selama menjalani pendidikan.

Garrison Feldman adalah remaja tampan dan cukup populer terutama di sekolahnya, sebagai bintang atlet dan olahraga di usianya ke-13. Namun ada satu rahasia besar yang menghantui dirinya, ia sangat ‘takut’ pada air (hidrofobia), terutama air dalam jumlah besar seperti kolam, danau, sungai dan tentu saja laut – hal yang sangat mengerikan mengingat ia tinggal di kawasan Miami, Florida. Tiada yang mengetahui kondisinya, hingga suatu saat Gary tanpa sengaja menemukan situs tentang penyembuhan kasus-kasus fobia akut, dan mendorong dirinya untuk mengungkapkan kebenaran pada kedua orang tuanya, sekaligus meminta ijin untuk menjalani terapi khusus di tempat yang disebut sebagai Sekolah Kengerian.

Jauh di pelosok kawasan Massachusetts Barat Laut, ada sebuah kota kecil bernama Farmington yang tidak tersentuh dengan kehidupan modern. Dan di bagian terjauh kota ini, terletak di sebuah plato seluas 4 ekar dengan tebing-tebing granit setinggi 6o meter nan curam, di bagian tertinggi inilah Summerstone berada. Pemilik Summerstone adalah Mrs. Wellington – janda Harold Wellington yang sengaja membangun tempat tetirah bagi istri tercintanya, Edith. Semasa hidupnya, pasangan ini menjalani kehidupan menyendiri, dan saat Harold meninggal, keunikan dan sifat eksentrik Mrs. Wellington semakin meningkat. Dan kini bagi kalangan tertentu, Summerstone adalah Sekolah Kengerian yang dikelola oleh Mrs. Wellington secara rahasia.
“Sekolah Kengerian adalah suatu institusi yang sangat selektif, dikelola oleh Mrs. Wellington yang sangat ahli, ditujukan untuk membasmi ketakutan anak-anak melalui metode-metode yang tidak ortodoks. Segelintir orangtua, dokter, alumni, dan guru yang mengetahui keberadaan kami sangat berhati-hati untuk menjaga anonimitas kami. Maka hanya calon murid yang telah diseleksi dan dipilih yang bisa diterima dalam kursus musim panas di Sekolah Kengerian.”
Apa yang terjadi saat 4 remaja yang asing satu sama lain, berkumpul dalam suatu tempat yang aneh demi menyembuhkan ‘fobia akut’ yang mereka derita sekian lama ? Sekolah Kengerian yang menjanjikan pemulihan atau setidaknya mendekati kondisi normal layaknya remaja seusia mereka, ternyata merupakan bangunan super aneh, menakutkan yang dimiliki Mrs. Wellington yang ternyata merupakan kepala sekolah, guru sekaligus mentor dengan metode-metode yang tidak mampu dibayangkan dapat membantu pemulihan 4 remaja ini.  Dalam sekejab mata, baik Madeleine, Theo, Lulu dan Garrison menyadari bahwa mereka ‘terjebak’ dalam kurun waktu yang cukup lama di tempat yang jauh dari bayangan mereka.

Summerstone adalah bangunan yang sangat besar, terletak di lokasi terpencil, tanpa satu pun alat komunikasi modern dengan dunia luar, dihuni oleh Mrs. Wellington beserta seorang pelayan, merangkap koki dan penjaga, sosok pria tua botak bernama Schmidty yang ahli dalam menyajikan sandwich Casu Frazigu (terbuat dari keju belatung yang sangat memuakan) kegemaran Mrs. Wellington dan seekor anjing bernama Macaroni, yang diakui sangat cerdas dan terlatih sebagai bagian tim pelatihan di Sekolah Kengerian (walau hal tersebut tidak mampu dibuktikan secara langsung oleh ke-4 remaja yang terperangkap di sana).

Sekolah Kengerian dipastikan merupakan tempat yang tidak akan pernah didatangi secara sukarela, seandainay saja ke-4 bocah itu mengetahui situasi sebenarnya. Sayangnya meereka terperangkap tanpa mampu keluar begitu saja hingga masa pelatihan usai. Dan seakan hal tersebut belum cukup mengerikan, situasi bertambah buruk saat mendadak muncul penyusup di Summerstone, disusul dengan kematian mendadak Mrs. Wellington. Madeleine, Theo, Lulu dan Garrison dihadapkan pada kenyataan bahwa mereka harus bersatu padu menyelamatkan Macaroni – anjing aneh sekaligus pewaris utama harta kekayaan Mrs. Wellington yang diculik oleh oknum serakah nan keji (setidaknya demikian bayangan yang mereka miliki).

Ok, sejak awal diriku sudah mengetahui bahwa ini adalah jenis bacaan untuk ‘middle-grade’ namun rasa penasaran akan tema menyangkut ‘fobia’ membuatku akhirnya melahap kisah ini. Dan benar sekali, ide dan temanya mengundang rasa penasaran, apalagi ‘fobia’ yang ditampilkan oleh ke-4 remaja tokoh utama kisah ini lumayan ‘aneh’ – dipastikan  diriku ingin tahu bagaimana cara ‘menyembuhkan’ kondisi-kondisi tesebut. Sayangnya, daya tarik tersebut tidak mampu bangkit lebih dari sekedarnya akibat penyajian yang membuatku kurang nyaman. Apakah faktor terjemahannya, well, diriku cukup sering membaca karya sang penerjemah dan tidak pernah ada keluhan, namun khusus buku ini benar-benar membuatku mengerutkan dahi berulang kali.

[ source ]
Jika bukan dari ‘faktor terjemahan’ maka gaya penuturan yang dipilih sang penulis benar-benar ‘tidak nyaman’ alias kacau-balau. Bayangkan jika sedang mengikuti serangkaian kalimat dan membayangkan suatu adegan, mendadak terputus begitu saja tanpa penjelasan dan beralih pada dialog yang berbeda. Dan ini terjadi berulang kali, bisa kukatakan seperti mengikuti ‘kelinci yang melompat kesana-kemari’ dan dampaknya membuatku kelelahan sebelum finish #fyuihh. Faktor lain yang juga terasa kurang tepat, dialog-dialog langsung yang terangkum dalam percakapan antara ke-4 tokoh remaja ini, entah mengapa aneh jika membayangkan dialog ini dilakukan oleh remaja. Singkat cerita, ini merupakan sajian kisah yang super aneh dan kurang menyenangkan, setidaknya tidak memenuhi bahkan hanya separuh dari imajinasiku #pembacakecewa \(-__-)/

Judul Asli : SCHOOL OF FEAR
[ book 1 of School of Fear Series ]
by Gitty Daneshvari
Rate : 2.5 of 5

[ more about this author & related works, just check at here : Gitty Daneshvari | on Goodreads | at Facebook | at Twitter ]

Best Regards,

@HobbyBuku

No comments:

Post a Comment

Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/