Translate

Friday, July 8, 2016

[ 2016 | #41 ] : "THEODOSIA & THE STAFF OF OSIRIS"

Books “THEODOSIA & TONGKAT OSIRIS”
by R.L. LaFevers
Illustrations copyright © 2008 by Yoko Tanaka
Penerbit POP (imprint Penerbit KPG) | IceCubePublisher
Alih Bahasa : Utti Setiawati
Editor : Yessy Sinubulan
Layout : Deborah Amadis Mawa
Desain & ilustrasi sampul : Vanessa Josephine
Cetakan I : Mei 2016 ; 407 hlm ; ISBN 978-602-424-058-5
Harga Normal : Rp. 75.000,-

~ WARNING : SPOILER ALERT (terutama bagi yang belum membaca buku pertama) ~

Theodosia Elizabeth Thorckmorton – gadis berusia 11 tahun, putri Kepala Kurator Museum Sejarah dan Benda Purbakala di London, Inggris, memiliki identitas rahasia sebagai anggota kehormatan Persaudaraan Penjaga-Penjaga Terpilih, organisasi rahasia yang diam-diam bekerja untuk memulihkan situasi berkaitan dengan aneka ragam artefak yang mengalami penyalah-gunaan. Keterlibatan Theo hanya diketahui dan disetujui oleh Lord Wigmere – pemimpin Antique Society, selain tentu saja adiknya, Henry dan Sticky Will – bocah pencopet yang terlibat dalam kasus perdana menyangkut ‘Jantung Mesir’ ( baca : Theodosia & The Serpent of Chaos ).


Masalah ‘Jantung Mesir’ berhasil diatasi. Perang yang dikhawatirkan akan pecah antara Jerman dan Inggris berhasil dihindari. Musuh berhasil dikalahkan ... atau setidaknya demikian pengharapan Theodosia. Karena menurut Lord Wigmere, muncul berbagai aktifitas mencurigakan yang menandakan pergerakan (kembali) Pasukan Ular Pengacau – kelompok manusia yang berniat mengambil alih kekuasaan dunia dengan melakukan serangkaian kekacauan, kejahatan termasuk mencetuskan perang demi tercapainya tujuan mereka. Sebagian anggotanya telah berhasil diketahui berkat Theodosia, walau dua pelaku penting tidak diketahui kabarnya usai pertemuan terakhir di Mesir yang nyaris merenggut nyawa Theo.

Namun sebelum terlibat dalam kasus terbaru, Theo harus berhadapan musuh yang lebih menakutkan : Nenek Throckmorton, yang kali ini berhasil mendatangkan guru pembimbing bagi cucunya. Selama ini Theo berhasil menghindar dari keharusan menjalani sekolah secara formal (atau dimasukkan dalam asrama ...amit-amit deh) sekaligus meyakinkan kedua orang tuanya bahwa ia mendapat lebih dari cukup pengembangan wacana pengetahuan (terutama menyangkut serba-serbi Mesir Kuno). Sayangnya, lawan yang harus ia hadapi adalah Nenek Throckmorton, bahkan putranya (ayah Theodosia) tak mampu melawan niatnya.

Berbagai cara dan muslihat digunakan untuk menakut-nakuti dan membuat satu demi satu gurunya mundur, hingga kedatangan Miss Elizabeth Sharpe. Pusing menghadapi situasi yang tak mampu ia hindari, Theo harus memutar otak mencari jalan agar ia tetap mampu menjalankan penyelidikan rahasia, apalagi hal ini menyangkut keselamatan ayahnya. Diawali dengan pengumuman penemuan mumi terbaru oleh Lord Chudleigh – salah satu anggota dewan museum, yang berbuntut pada bencana berita memalukan, karena mumi yang dimaksud bukan peninggalan Mesir Kuno melainkan ‘tubuh’ Mr. Tetley dari British Museum.

Theo mengenalnya secara ‘kebetulan’ karena ia salah satu anggota Pasukan Ular Pengacau yang mengejarnya hingga Mesir. Perjumpaan terakhir mereka berakhir dengan pingsannya Mr. Tetley akibat Theo (itu merupakan aksi membela diri), terperangkapnya Von Braggenschnott dalam tempat penyimpanan ‘Jantung Mesir’ dan terungkapnya Nigel Bollingsworth sebagai pengkhianat sekaligus mata-mata. Lalu mengapa Mr. Tetley bisa menjadi ‘mumi’ yang dikirim kembali ke Inggris ? Tampaknya Pasukan Ular Pengacau sengaja mengirim pesan bagi lawan mereka, bahwa aksi terbaru untuk membuat kekacauan di dunia tidak mudah terhenti begitu saja.

Anehnya, justru perbuatan Theo-lah kali ini yang memicu aksi terbaru Pasukan Ular Pengacau. Saat menuntaskan tugas inventaris timbunan artefak di ruang bawah tanah, tanpa sadar Theo melakukan ‘sesuatu’ yang memicu serangkaian peristiwa menggemparkan sebagian besar masyarakat London. Bisakah kau bayangkan saat mumi-mumi yang tersimpan di berbagai museum dan intasi terkait mendadak raib dari tempat penyimpanannya untuk kemudian muncul di satu tempat : Museum Sejarah dan Benda Purbakala. Dari dugaan pencurian oleh pihak yang usil, berubah menjadi kecurigaan menyangkut mitos kutukan dan penangkalan menggunakan emas, hingga penyalah gunaan artefak langka.

Dan satu-satunya tersangka adalah Alistair Throckmorton, ayah Theodosia, sekaligus Kepala Kurator Museum. Apalagi saat mumi-mumi yang lenyap, ditemukan dan dikembalikan, kembali lenyap di kemudian hari untuk didapati berada (kembali) di Museum Sejarah dan Benda Purbakala. Mengapa mumi-mumi itu berbondong-bondong kembali ke lokasi yang sama ? Tiada seorang pun yang mengetahui penyebabnya, kecuali Theodosia, yang terlambat menyadari bahwa ia-lah yang membuat hal itu terjadi (tanpa disadari tentunya). Kejadian itu berhubungan dengan penemuan Tongkat Osiris yang dipercaya memiliki kemampuan memanggil (kembali) dan mengendalikan ‘makhluk-makhluk’ dari dunia kematian, termasuk sekawanan mumi.

Kasus ini mudah diselesaikan, jika saja Theodosia bisa segera mengamankan Tongkat Osiris. Sayangnya, pihak lain juga menaruh minat besar terhadap benda itu. Theodosia harus berhadapan dengan musuh lama, yang berniat membalas dendam atas kekalahan sebelumnya, termasuk melenyapkan gadis berusia 11 tahun yang menghalangi rencana mereka. Saat Tongkat Osiris berhasil ‘dicuri’ dari persembunyiannya, Theo tahu musuh akan segera mengincar Bola Ra – artefak yang merupakan kunci pemicu agar Tongkat Osiris berfungsi. Berburu dengan waktu, sekaligus berusaha keras membagi waktunya yang penuh dengan aneka halangan, satu lagi misi berbahaya yang harus dihadapi Theodosia Throckmorton !!

Kasus yang menghadang Theodosia kali ini cukup kompleks, melibatkan ‘banyak’ sekali pihak-pihak yang memiliki agenda-agenda tersendiri. Dari situasi menyangkut kehidupan rumah tangga keluarga Throckmorton, yang tidak bisa dikatakan ‘normal’ sungguh mengherankan Theodosia mampu berpikir secara mandiri dan penuh kreatifitas tanpa melibatkan keluarganya. Pasukan Ular Pengacau sudah lumayan menakutkan, ditambahkan dengan campur-tangan pihak berwajib yang mengejar pelaku pencurian mumi dan koleksi emas. Menambah rasa pusing, muncul kelompok penggemar fanatik yang menyebut diri Ordo Matahari Hitam, yang memuja Theodosia sebagai titisan Isis hahahaha.

Lalu ada sosok Grim Nipper yang ditakuti Sticky Will dan Snuffles, adik Will yang ‘dikaryakan’ sebagai calon mata-mata, setidaknya menyangkut tugas pengamatan. Tapi entah mengapa, di tengah ‘keriuhan’ suasana, alur yang berjalan cukup cepat, konflik yang semakin memuncak, justru diriku merasa kehilangan daya tarik kisah ini jika dibandingkan dengan buku pertama. Ibarat masakan yang terlalu banyak ‘bumbu dan bahan’ menyebabkan cita rasanya berkurang ... Dan sekali lagi karakter Theodosia digambarkan mampu bahkan tampak cukup ahli berhadapan dengan lawan tanding yang usianya berkali-kali lipat, agak kurang realistis akibat ‘tampilan’ yang super-fantastis (secara sederhana = berlebihan)

Satu-satunya adegan yang cukup memikat adalah terlibatnya sosok ‘Anubis’ dalam penyelamatan Tongkat Osiris dan Bola Ra. Tanpa merubah wujud aslinya (yup benar ... bayangkan jika sosok menyerupai anjing hitam menakutkan, mampu menyelinap dalam kapal pesiar yang dipenuhi serdadu pengawal), misi Theo yang nyaris gagal, diselamatkan oleh makhluk tersebut, walau tentu saja masing-masing memiliki tujuan yang berbeda. Again, secara keseluruhan kisah petualangan Theodosia dan kawan-kawan (sekaligus lawan-lawan yang unik) mampu menyajikan sekelumit sejarah mitologi Mesir berbalut nuansa misteri yang lumayan intens. Walau tidak dapat kuberikan rating lebih tinggi, yang pasti kelanjutan serial ini masih kunantikan (^_^)

Judul Asli : THEODOSIA & THE STAFF OF OSIRIS
[ book 2 of THEODOSIA THORCKMORTON Series ]
Text copyright © 2008 by R.L. LaFevers
Illustrations copyright © 2008 by Yoko Tanaka
Rate : 3 of 5

Tentang Penulis :
R.L. LaFevers (Robin Lorraine kalau dia sedang berada dalam masalah besar) sejak kecil sudah menghabiskan waktunya di museum dan perpustakaan. Dia sangat meyakini kalau di sanalah tempat-tempat berbagai misteri sejarah kuno duduk manis di antara rak demi rak, menunggu ditemukan. Dia telah menghabiskan hampir separuh hidupnya hanya untuk mendengarkan bahwa dia hanya mengkhayaldan tak ada apaun di sana, yang akhirnya membuatnya membuktikan banyak hal lewat cerita-cerita fiksinya. Saat dia tidak sedang meneliti artefak-artefak dan tidak tenggelam dalam teks-teks tua yang hampir terlupakan, dia menyibukkan diri mengurus dua anak laki-laki remajanya. Dia hidup dengan dua anak, suami dan seekor kucing galak di California Selatan. ( sumber : penerbit BIP )

[ more about this author & related works, just check at here : R.L. LaFevers | on Goodreads | on Wikipedia | at Twitter ]

Best Regards,

@HobbyBuku

No comments:

Post a Comment

Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...