Translate

Friday, February 13, 2015

Books "WINTERLICHT"

Books “WINTERLICHT”
Judul Asli : FINNIKIN OF THE ROCK
[ book 1 of LUMATERE CHRONICLES ]
Copyright © 2008, Melina Marchetta
Penerbit Ufuk Fantasi
Alih Bahasa : Leinovar Bahfein & Devi Riana Safitri
Proofreader : Tendy Yulianes Susanto
Desain sampul : Ufukreatif Design
Cetakan I : November 2012 ; 578 hlm ; ISBN 978-602-0900-7812-00-0
Harga Normal : Rp. 79.900,-
Rate : 3.5 of 5

Kisah ini merupakan dongeng sebelum tidur kala malam menjelang, pengingat saat terbangun kala fajar menyingsing, dan mimpi buruk yang menghantui warga Lumatere beserta keturunannya selama lebih dari 10 tahun. Kisah saat tiba lima hari nestapa yang tak terperikan, kutukan yang dilontarkan oleh Seranonna – pemuka Penghuni Hutan, salah satu dari sekian banyak korban tak terbersalah yang dibunuh dengan keji akibat ketamakan untuk berkuasa atas kehidupan makhluk hidup lain. Kisah yang tidak mudah dilupakan, karena dari penderitaan dan pembantaian yang mengerikan, muncul sosok pemuda dari desa Batu yang dikenal sebagai Finnikin of the Rock, penulis Kitab Lumatere yang berjuang untuk memulihkan kedamaian dan kehidupan pada penduduk yang menderita, meski ia harus mengorbankan jiwa serta hatinya ...



Finnikin – putra tunggal Kapten Trevanion, kapten pasukan pengawal kerajaan Lumatere, menjalani masa kecil yang menyenangkan meski sang ibu meninggal semasa ia kecil. Persahabatannya dengan Pangeran Balthazar – putra mahkota kerajaan, beserta Lucian of the Moths, saudara sepupunya, sangat erat hingga mereka dijuluki tiga sekawan yang selalu bersama-sama dalam semua kegiatan, termasuk membuat onar di lingkungan sekitarnya. Kedamaian dan kebahagiaan warga Lumatere terkoyak pada malam perayaan festival musim panen, ketika musuh menyusup dan membunuh Raja, Ratu dan ketiga putrinya, tubuh Putri Isaboe – bungsu yang menjadi kesayangan keluarga serta mereka yang mengenalnya, ditemukan tercabik-cabik di hutan, sedangkan  Pangeran Balthazar yang baru berusia 9 tahun pada saat itu, lenyap tanpa jejak. 

Musuh dalam selimut yang membantai habis keluarga kerajaan tidak lain sepupu sang Raja, yang berlanjut dengan memerintahkan pemusnahan para Penghuni Hutan, hingga Seranonna menjatuhkan kutukan yang membuat kerajaan Lumatere menjadi tempat terkutuk penuh penderitaan bagi mereka yang tak sempat melarikan diri keluar dari wilayah tersebut. Finnikin berhasil lolos dan diselamatkan oleh pengikut setia ayahnya. Kapten Trevanion yang terkenal akan keberanian dan kekuatannya, berhasil dibekuk dan ditahan, setelah mengalami penderitaan melihat kekasihnya yang rupawan, Lady Beatriss of the Flatlands disiksa hingga akhirnya tewas bersama bayi dalam kandungannya. Penduduk Lumatere tercerai berai, hidup di luar wilayah yang asing, dan tidak bersahabat terhadap penderitaan mereka, dan kutukan Seranonna juga membuat mereka tak mampu memasuki tanah kelahiran mereka kembali ...

Sepuluh tahun kemudian, Finnikin of the Rocks bersama penyelamat sekaligus mentornya, Sir Topher – mantan Tangan Kanan Raja Lumatere, memasuki kawasan Desa Batu karena adanya panggilan yang membawa kabar mengejutkan sekaligus membuat mereka penasaran. Berita rahasia yang dibawa oleh pembawa pesan yang tak kalah anehnya, menyangkut keberadaan Balthazar – satu-satunya penerus kerajaan yang hilang tanpa pernah diketahui keberadaannya, hingga kini. Pembawa pesan itu adalah seorang gadis biarawati yang dipanggil Evanjalin, sosok yang memiliki pembawaan dan perilaku aneh hingga menimbulkan kecurigaan dan ketidak senangan pada diri Finnikin. Hal ini menjadi semakin menyulitkan tatkala Finnikin mengetahui misi yang harus ia jalani tidak lain sebagai pendamping dan pengawal Evanjalin untuk menemukan pangeran Balthazar dan memulihkan kondisi kerajaan Lumatere.

Petualangan segera dimulai kala rombongan Finnikin, Sir Topher bersama Evajalin menempuh perjalanan panjang untuk menemukan Ahli Waris Kerajaan yang hilang – pangeran Balthazar, terutama kala isu yang beredar menyebutkan bahwa beliau tidak tewas sepuluh tahun silam, dan kini siap untuk bangkit bersama rakyat Lumetere, menuntut hak mereka yang hilang. Di sisi lain, Finnikin tidak mampu mempercayai Evanjalin, yang mengaku telah ‘bertemu’ dan menerima perintah dari sang ahli waris agar membawa Finnikin menuju junjungannya. Evanjalin bukannya telah ‘bertemu’ secara langsung karena ia mendapatkan ilham dan penampakan melalui mimpi-mimpi aneh yang muncul pada dirinya. Hanya Sir Topher yang mempercayai kemampuan cenayang Evanjalin, Finnikin yang penuh keraguan, memulai kebersamaan yang tidak menyenangkan bagi dirinya maupun Evanjalin.

Kemunculan bocah pencuri yang sangat membuat rombongan tersebut kerepotan, kawanan perampok dan mata-mata penguasa Lumatere saat itu yang senantiasa berusaha menggagalkan tujuan mereka, hingga usaha untuk meminta bantuan kelompok terakhir dari Lucian of the Moths – sahabat Finnikin dan sepupu Bathazar, semuanya harus ditempuh melalui cobaan dan penderitaan yang semakin lama semakin berat. Pengorbanan yang harus mereka lakukan demi tercapainya tujuan utama, termasuk membuktikan bahwa kutukan sihir Seranonna mampu dikalahkan, akhirnya mulai terungkap dan hal tersebut membuktikan pengorbanan yang sangat-sangat berat : nyawa mereka masing-masing demi keselamatan dan pemulihan Kerajaan Lumatere beserta rakyatnya. Sanggupkah Finnikin dan kawan-kawannya mempersatukan masyarakat yang telah terpecah belah, saling curiga dan hidup dalam bayang-bayang ketakutan selama 10 tahun semenjak tragedi menimpa mereka semua ?

Secara keseluruhan, tema kisah ini sangat menari layaknya high fantasy dengan seting waktu serta lokasi yang digambarkan cukup detil, disertai ilustrasi yang tak kalah menariknya. Tetapi sebagaimana kebanyakan high fantasy, alur kisah ini berjalan cukup lambat, terutama sepanjang awal hingga pertengahan, jika bukan jenis pembaca yang cukup sabar, bisa jadi kisah ini dianggap cukup membosankan (dan datar tanpa aksi atau ketegangan dan adegan seru). Selain itu, entah apakah pemilihan sebagian besar kosa kata untuk dialog-dialog yang terjadi, terasa janggal bagiku mengingat suasana dan periode masa yang bisa dikatakan masuk jauh sebelum abad pertengahan, namun dalam edisi terjemahan dialog mengalir dengan kosa kota yang terbilang ‘lebih modern’ – tidak berarti makna yang dikandung salah, hanya kesannya aneh (dan janggal). Penulis juga menggunakan gaya penulisan yang tidak biasa, melompat-lompat dari satu periode ke periode lain tanpa jeda pergantian yang cukup jelas, yang mana sedikit membuatku kebingungan pada awalnya.

Hal lain yang juga membuatku ‘sedikit’ kurang menikmati kisah ini, pergulatan dan konflik yang terjadi antara Finnikin serta Evanjalin yang mengalami arus naik-turun, terasa sangat panjang yang berdampak pada rasa jenuh karena berkesan ‘diulur-ulur’ – apalagi diriku sudah bisa menebak misteri yang menjadi kunci utama kisah ini pada sekitar separuh buku, hingga ending kisah ini pun bukan suatu kejutan lain alias sudah bisa ditebak dengan mudah. Terus terang diriku jadi agak bertanya-tanya, apa keistimewaan kisah yang memperoleh penghargaan khusus hingga pilihan pembaca goodreads, selain sebagai versi YA Fantasy dengan bumbu romansa alih-alih high fantasy murni ? Satu-satunya hal yang cukup menarik (dan mengundang rasa penasaran) adalah kisah tentang bocah pencuri yang akhirnya dikatehui bernama Froi (walau hal ini juga tidak diketahui kebenarannya secara mutlak) – dan secara kebetulan pula kelanjutan kisah ini berjudul Froi Exile, membuatku menduga-duga apakah misteri dan perjalanan hidup bocah aneh ini akan dikupas habis oleh penulis ? Maka cukup 3.5 bintang untuk Finnikin of the Rocks (-__-)

[ more about the author & related works, just check at here : Melina Marchetta | Melina’s Blog | on Goodreads | on Wikipedia | at Twitter | at Facebook ]

Best Regards,

Hobby Buku

No comments:

Post a Comment

Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...